Kau Tak Akan Tahu !
Sebenarnya selain jenis burung masih ada
hewan lain yang hidup di sana. Namun sesuai namanya negeri burung, yang
berkuasa dari kelompok burung. Semua jenis burung ganas, seperti,
burung pemakan bangkai, burung Kondor, burung elang dan rajawali adalah
para penjaga yang bertugas melindungi dan menjaga keselamatan penghung
negeri burung.
Burung-burung kecil bersuara merdu,
bertugas sebagai penghibur. Kicau mereka selalu terdengar sepanjang
hari, selaras dengan desau angin dan gesekan daun. Burung-burung berbulu
warna warni, pemberi keindahan.
Mereka bertugas bekeliling negri
melebarkan sayapnya, agar warna-warni bulunya terlihat semua penghuni.
Keindahan warnanya menimbulkan kegembiraan. Dan rasa gembira bisa
menular bagai virus, sehingga semua penghuni merasa senang.
Pada suatu ketika, seekor induk elang
tengah mengerami telur-telurnya. Setiap pagi elang jantan datang membawa
makanan untuk induk elang. Akhirnya, di satu pagi musim dingin
telur-telur mulai menetas. Ada 3 anak elang yang nampak kuat berdiri.
Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari cangkang telur
harus berakhir dalam paruh sang ayah.
Dengan tangkas, elang jantan mengoyak
cangkang telur lalu mematuk-matuk calon anak yang tak jadi.
Perlahan-lahan sang induk memberikan potongan-potongan tubuh anaknya ke
dalam paruh mungil anak-anak elang. Kejam…? Ini hanya masalah
kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan jauh-jauh jika ada
daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang hanya mempunyai
naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia dan hewan.
Waktu berjalan terus, hari berganti
hari. Anak-anak elang yang berbentuk jelek karena tak berbulu, kini
mulai menampakkan keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di
tubuh masing-masing. Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri
tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh sempurna.
Induk elang dan elang jantan, bergantian
menjaga sarang. Memastikan tak ada ular yang mengincar anak-anak elang
dan memastikan anak-anak elang tak jatuh dari sarang yang berada di
ketinggian pohon.
Suatu pagi, saat induk elang akan
mencari makan dan bergantian dengan elang jantan menjaga sarang. Salah
seekor anak elang bertanya:
”Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu?”
Induk elang dan elang jantan tersenyum,
bertukar pandang lalu elang jantan berkata: ”Waktunya akan tiba, anakku.
Jadi sebelum waktu itu tiba, makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu
sehat serta kuat”. Usai sang elang jantan berkata, induk elang
merentangkan sayapnya lalu mengepakkan kuat-kuat.
Hanya dalam hitungan yang cepat, induk
elang tampak menjauhi sarang. Terlihat bagai sebilah papan berawarna
coklat melayang di awan. Anak-anak elang, masuk di bawah sayap elang
jantan. Mencari kehangatan kasih sang jantan.
Waktu berjalan terus, musim telah
berganti dari musim dingin ke musim semi. Seluruh permukaan pulau mulai
menampakan warna-warni dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan
warna yang indah.
Anak-anak elang pun sudah semakin besar
dan sayapnya mulai ditumbuhi bulu-bulu kasar. Suatu ketika seeor anak
elang berdiri di tepi sarang, ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat
mencengkram tepi sarang sehingga ia meluncur ke bawah. Induk elang
langsung merentangkan sayang dan mendekati sang anak seraya berkata:
”Rentangkan dan kepakan sayapmu kuat-kuat!”
Tapi rasa takut dan panik menguasai si
anak elang karenanya ia tak mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang
jantan menukik cepat dari jauh dan membiarkan sayapnya terentang tepat
sebelum si anak mendarat di tanah. Sayap elang jantan menjadi alas
pendaratan darurat si anak elang.
Si anak elang yang masih diliputi rasa
panik dan takut tak mampu bergerak. Tubuhnya bergetar hebat. Induk
elang, dengan kasih memeluk sang anak. Menyelipkan di bawah sayapnya dan
memberikan kehangatan. Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk
elang dan elang jantan membawa si anak kembali ke sarang.
Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma
pada si anak elang. Jangankan berlatih terbang dengan merentangkan dan
mengepakkan sayap. Berdiri di tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua
saudaranya sudah mulai terbang dalam jarak pendek. Hal pertama yang
diajarkan induk dan elang dan elang jantan adalah berusaha agar tidak
mendarat keras di dataran.
Lama berselang setelah melihat kedua saudaranya berlatih, si elang yang pernah jatuh bertanya pada ibunya:
”Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?”
”Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!” jawab si induk elang dengan penuh kasih.
”Tapi aku takut!’ ujar si anak
”Kami tahu, karenanya kami tak memaksa.” Jawab si induk elang lagi.
”Lalu apa yang harus kulakukan agar aku berani?” tanya si anak
”Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!”
”Bagaimana caranya?”
”Percayalah pada kami!” Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di tepi sarang.
Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak elang bertanya lagi.
”Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan?”
Dengan tenang si elang jantan berkata:
”Anakku kalau kau tak pernah merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami
tidak pernah tahu, apakah kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya
dirimu sendiri!”
Lalu si induk elang menambahkan:
”Mulailah dari sekarang, karena langkah kecilmu akan menjadi awal
perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari langkah awal, anakku!”
Si anak elang diam tertegun, memandang
takjub pada induk elang dan elang jantan. Kini ia sadar, tak ada yang
tahu kemampuan dirinya selain dirinya sendiri. Kedua orang tuanya hanya
memberikan jaminan mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan.
Didorong rasa bahagia akan cinta kasih
orang tuanya, si elang kecil berjanji akan berlatih dan mencoba. Ketika
akhirnya ia menggantikan elang jantan menjadi pemimpin keselamatan para
penghuni negeri burung, maka tahulah ia, bahwa kesuksesan yang diraihnya
adalah di mulai saat tekad terbangun untuk melangkah. Sukses itu tak
pernah ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad itu harus diwujudan
dengan tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang kecil.
MULAILAH RENTANGKAN DAN KEPAKKAN SAYAP KEMAMPUANMU, MAKA DUNIA ADA DIGENGGAMANMU !
sumber : www.renungan-harian.com
Komentar
Posting Komentar