Mengapa kita perlu memahami risiko operasional?
Sebenarnya, sejak dulu kita telah
menghadapi berbagai risiko operasional ini. Jika anda bergerak di bidang
usaha (bisnis), maka bisnis setiap kali harus berhadapan dengan
berbagai sifat manusia yang tidak luput dari kesalahan, proses yang
tidak sempurna, dan teknologi yang sulit dikendalikan. Risiko
operasional ini makin menjadi perhatian kita akhir-akhir ini, dengan
semakin banyaknya kasus atau peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar kita. Adanya berbagai kasus, seperti pada Enron, Worldcom, membuat perhatian orang terhadap adanya risiko operasional makin meningkat.
Risiko operasional dulu dikelola secara
informal, sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari seorang manajer,
yang tak pernah memikirkan bahwa sebetulnya pekerjaannya merupakan
praktek dari manajemen risiko. Selain itu, pengelolaan risiko
operasional umumnya dilakukan oleh bidang audit dan kepatuhan. Namun
seringkali risiko operasional ini terlambat diidentifikasikan, karena
audit menilai berdasarkan past performance.
Oleh karena itu perlu diadakan pendekatan yang lebih aktif dan proaktif, karena:
- Penelitian bencana keuangan besar periode yang lalu (Barings, Kidder, Daiwa) mengidentifikasikan bahwa masalah risiko operasional sebagai penyebab utama. Sebab itu, masalah risiko operasional harus dikelola sebagai bagian manajemen risiko perusahaan.
- Risiko operasional seringkali terkait dengan risiko kredit dan risiko pasar, kegagalan risiko operasional dalam kondisi pasar yang tertekan mempunyai potensi menimbulkan kerugian yang besar. Contoh, dalam kasus Barings, terjadi karena pengawasan manajemen yang tidak efektif atas operasi perdagangan di Singapura, dan penurunan yang tajam di bursa Nikkei pasca gempa bumi, yang membuat Bank yang berusia 233 tahun bangkrut dan rugia miliaran dolar.
- Jika risiko operasional tidak dikelola sebagai disiplin risiko yang berbeda, dapat mengabaikan masalah risiko yang penting, serta bias dalam mengukur kinerja, yang berakibat pada risko keputusan manajemen yang kurang tepat, karena informasi yang tidak akurat.
Risiko operasional bersifat tanpa batas dan melekat di semua aktivitas bisnis dan operasional.
Hubungan risiko kredit dan risiko operasional
Risiko kredit merupakan risiko yang
paling besar di Bank. Risiko kredit sering diawali karena terjadinya
risiko operasional. Risiko operasional sering diidentifikasikan secara
keliru sebagai risiko kredit, atau sebaliknya. Risiko kredit disebabkan
oleh default debitur dan konsentrasi pinjaman. Sedangkan
risiko operasional adalah kesalahan analisa, pengikatan jaminan dan
dokumentasi kredit. Risiko Operasional, adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem. Atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan.
Kegagalan satu atau lebih dari
faktor-faktor ini dapat menyebabkan risiko operasional, antara lain:
1) Manusia: ketidaktahuan (lack of competency),kecurangan (fraud).
2)Proses dan Prosedur: ketidaklengkapan prosedur; prosedur yang tidak
memperhatikan sistem pengendalian internal, proses yang tidak mengandung
maker, checker dan signer, tidak ada segregation of duty,
delegasi wewenang yang tidak tepat. 3)Sistem: teknologi dan perangkat
pendukung operasional yang tidak tepat dan tidak lengkap. 4) Faktor
Eksternal: faktor di luar kontrol perusahaan seperti bencana alam,
kerusuhan, terorisme, kebakaran, perampokan, dll.
Unit kerja operasional, seharusnya
merupakan unit yang paling memahami risiko yang akan dihadapi. Unit
operasional harus aktif dan secara langsung melakukan identifikasi,
menilai dan mengukur risiko yang ada, mengendalikan risiko, serta
mematuhi limit yang telah ditetapkan oleh Unit Kerja Manajemen Risiko.
Unit kerja operasional juga harus melaporkan kepada atasan langsung
setiap ditemukan fraud dan pelanggaran yang terjadi.
Agar bisa mengelola risiko
operasional, perusahaan memerlukan sebuah infrastruktur Manajemen Risiko
Operasional, yang terdiri dari:
- Metodologi
Metodologi Manajemen Risiko Operasional:
adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk melaksanakan tahapan
manajemen risiko yang meliputi identifikasi, pengukuran, pengendalian
dan pemantauan risiko. Secara umum terdapat tiga perangkat manajemen
risiko operasional yang banyak dipergunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengendalikan dan memantau risiko operasional, yaitu : a) Risk Assessment. b)Risk Indicator. c)Data Base. Ketiga perangkat ini saling melengkapi berbagai perspektif manajemen risiko: seperti forward looking vs historical; quantitative vs qualitative.
Risk Assessment sebagai
perangkat yang bertujuan untuk mendiagnosis masalah, bersifat
prediktif, dan kualitatif. (misalnya: dugaan adanya penyimpangan
penilaian agunan). Risk Indicator sebagai
perangkat yang bertujuan untuk mengetahui, mengukur dan memonitor
perubahan faktor-faktor risiko, dapat bersifat prediktif hingga
historis, dapat bersifat kualitatif hingga kuantitatif (Indikator rasio market value agunan terhadap nilai kredit mengalami penurunan). Data Base sebagai
perangkat yang bertujuan untuk mengumpulkan dan mencatat kejadian yang
berpotensi menimbulkan kerugian, hampir menimbulkan kerugian atau telah
menimbulkan kerugian. Bersifat kuantitatif dan historis. (Terjadinya
kredit yang tidak terbayar dan nilai agunan tidak mencukupi untuk
pelunasan)
Namun, agar dapat dioperasionalkan, perangkat manajemen risiko operasional tersebut memerlukan perangkat pendukung berupa:
- Penanggung Jawab Manajemen Risiko, adalah satu atau lebih orang, yang memiliki tanggungjawab, dalam kapasitas dan jenjang yang berbeda untuk mengaplikasikan tiga perangkat manajemen risiko operasional. Contoh: penemu, pencatat, pemvalidasi, pemutus, pelapor, penanggungjawab tindak lanjut dll.
- Media Manajemen Risiko adalah tata cara, waktu, tempat, agenda, lembaga, pelaporan, dan rencana tindak lanjut atas pelaksanaan tiga perangkat tersebut
- Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen (SIM)
merupakan salah satu infrastruktur penting dalam implementasi manajemen
risiko. Pengembangan SIM untuk memenuhi kebutuhan manajemen risiko
dilakukan melalui dua komponen, yaitu sistem dan informasi. Sistem
adalah suatu proses atau mekanisme perolehan, pengolahan, penyampaian
informasi baik dilakukan secara manual maupun dengan bantuan teknologi.
Sedangkan informasi itu sendiri, melingkupi jenis, isi, stuktur
informasi, yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
Cost-benefit analysis dalam
memilih sistem informasi manajemen harus tetap dipertimbangkan. Jangan
sampai biaya yang dikeluarkan menjadi lebih mahal dari risiko yang akan
dimitigasi. Pemilihan SIM dapat dilakukan secara bertahap, karena IT is easily obsolete.
- Limit
Limit diperlukan sebagai tindakan untuk
mengendalikan risiko. Limit yang ditetapkan didasarkan atas kompetensi,
pengalaman, latar belakang pendidikan.Penetapan limit risiko disesuaikan
dengan kondisi sumber daya manusia dari perusahaan yang bersangkutan.
- Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan dapat berupa:
i)Organisasi dan pengawasan komisaris dan direksi. ii)Kebijakan dan
prosedur untuk mengarahkan proses manajemen risiko. iii)Metodologi
manajemen risiko. iv)Sistem informasi manajemen risiko beserta perangkat
pendukungnya. v)Sistem pengendalian risiko dan penetapan limit.vi) Penguatan fungsi internal control. vii)Pengembangan budaya manajemen risiko dan program komunikasi manajemen risiko.
Tuntutan stakeholders telah
memaksa adanya kebutuhan untuk menerapkan manajemen risiko operasional
yang terbaik. Bila dilakukan dengan tepat, perusahaan akan menghemat
modal. Di satu sisi, kondisi ini membuat peran dan fungsi professional
risk manager semakin diperlukan, seperti: Chief Risk Officer, Risk Based Auditor, Risk Based Supervisor.
Dari pembahasan di atas, kita bisa
melihat bahwa risiko bersifat inheren, dan ada pada semua aktivitas.
Risiko tidak bisa dihilangkan namun risiko bisa dimitigasi. Berbisnis
pada hakekatnya adalah mengambil risiko dan sekaligus mendapatkan reward atas
risiko yang kita ambil. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola
risiko-risiko dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan menjaga
kelangsungan usaha (protect capital and maximize risk-return trade-off).
(Portal BMR)
sumber : www.demzone.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar