Ratusan Ribu Alat Rapid Test Corona Masuk Indonesia, Ini Cara Kerjanya
Indonesia sepertinya akan meniru cara Korea Selatan untuk menekan angka penyebaran infeksi virus corona. Bukan dengan lockdown,
tapi dengan melakukan tes secara besar-besaran. Baru-baru ini,
Indonesia disebut akan mendatangkan ratusan ribu alat rapid tes, untuk
bisa mendeteksi infeksi COVID-19.
Apa itu rapid test? Rapid test adalah suatu metode pemeriksaan cepat untuk melihat suatu infeksi di tubuh. Ada berbagai cara rapid test yang bisa dilakukan. Namun pada kasus COVID-19, Indonesia akan menggunakan metode pemeriksaan IgG dan IgM yang diambil dari sampel darah.
IgG adalah singkatan dari Immunoglobulin G dan IgM adalah kependekan dari Immunoglobulin M. Keduanya merupakan bentuk dari antibodi atau bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Jika hasil rapid test positif, maka orang tersebut perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut lagi menggunakan pemeriksaan swab tenggorokan dan hidung. Hasil swablah yang bisa dijadikan pegangan seseorang positif atau negatif COVID-19.
Medical editor SehatQ, dr. Anandika Pawitri mengemukakan bahwa rapid test dengan metode antibodi ini merupakan tindakan skrining dan bukan konfirmasi. Untuk bisa memastikan status positif corona, pemeriksaan menggunakan swab harus tetap dilakukan. Mengapa begitu?
“Saat alat itu membaca bahwa di tubuh kita ada IgG dan IgM yang terbentuk, itu artinya ada dua hal. Pertama, dia memang terinfeksi corona, atau kedua, dia bisa aja cross reaction antibody dengan virus lain,” ungkapnya.
Maksud dari cross reaction antibody dengan virus lain adalah di tubuh orang yang diperiksa, memang sedang terjadi infeksi virus, namun bukan infeksi virus corona. Infeksi virus lain juga bisa mengubah kadar IgG dan IgM di tubuh, sehingga saat rapid test dilakukan, hasilnya akan keluar positif.
Ia menambahkan, apabila hasil pemeriksaan rapid test tersebut negatif, maka juga bisa disebabkan karena antibodi COVID-19, belum terbentuk di tubuh kita. Memang antibodi tersebut tidak akan langsung terbentuk di tubuh setelah paparan terjadi dan membutuhkan waktu beberapa hari. Jadi, bisa saja Anda melakukan pemeriksaan di waktu yang kurang tepat, sehingga antibodi belum terbentuk. Padahal, virus tersebut sudah ada di dalam tubuh.
Terakhir, dr. Anandika menambahkan bahwa karena virus ini masih baru, masih banyak sifat-sifatnya yang belum diketahui secara jelas, termasuk waktu terbentuknya antibodi setelah paparan terjadi.
Sehingga, meskipun setelah Anda melalui prosedur rapid test dan mendapatkan hasil yang negatif, tetaplah menjalani karantina mandiri dan melakukan social distancing, selama setidaknya 14 hari. Apalagi, jika Anda mengalami gejala-gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas.
sumber : https://www.sehatq.com
Apa itu rapid test? Rapid test adalah suatu metode pemeriksaan cepat untuk melihat suatu infeksi di tubuh. Ada berbagai cara rapid test yang bisa dilakukan. Namun pada kasus COVID-19, Indonesia akan menggunakan metode pemeriksaan IgG dan IgM yang diambil dari sampel darah.
Cara kerja rapid test COVID-19 yang menggunakan sampel darah
Rapid tes akan dilakukan dengan menggunakan sampel darah. Di dalam sampel darah tersebut, akan dicari IgG dan IgM. Apa itu?IgG adalah singkatan dari Immunoglobulin G dan IgM adalah kependekan dari Immunoglobulin M. Keduanya merupakan bentuk dari antibodi atau bagian dari sistem kekebalan tubuh.
• IgG
IgG
adalah jenis antibodi yang paling banyak ada di darah dan cairan tubuh
lainnya. Antibodi ini, bertugas untuk melindungi tubuh dari infeksi
dengan cara mengingat bakteri atau virus yang sebelumnya pernah terpapar
di tubuh Anda. Sehingga, saat virus atau bakteri itu kembali, tubuh
sudah tahu bahwa ia harus dilawan.
• IgM
IgM
adalah antibodi yang terbentuk saat Anda pertama kali terinfeksi oleh
virus ataupun bakteri jenis baru. Bisa dibilang, IgM adalah garda
terdepan pertahanan tubuh kita.
Saat
tubuh merasa bahwa ada infeksi yang akan terjadi, maka kadar IgM di
tubuh akan meningkat, sebagai persiapan melawan virus atau bakteri.
Lalu, setelah beberapa saat, kadar IgM akan mulai menurun, digantikan
oleh IgG yang akan melindungi tubuh dalam jangka waktu lebih lama.
Sehubungan
dengan rapid test COVID-19 yang akan masuk, maka nantinya orang yang
menjalani pemeriksaan ini kurang lebih akan menjalani pemeriksaan
sebagai berikut:- Sampel darah diambil sedikit dari ujung jari.
- Lalu, sampel tersebut diteteskan ke alat rapid test.
- Selanjutnya, cairan pelarut sekaligus reagen akan diteteskan di tempat yang sama.
- Tunggu 10-15 menit.
- Hasil akan tampak di alat berupa garis.
Jika hasil rapid test positif, maka orang tersebut perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut lagi menggunakan pemeriksaan swab tenggorokan dan hidung. Hasil swablah yang bisa dijadikan pegangan seseorang positif atau negatif COVID-19.
Hal yang perlu diperhatikan seputar hasil rapid test
Rapid test memang bisa berperan sebagai langkah penyaringan, untuk mempercepat deteksi infeksi virus corona. Meski begitu, ada hal yang perlu diperhatikan. Hasil rapid test, tidak 100% akurat. Masih ada faktor-faktor lain yang bisa membuat alat ini mengeluarkan hasil false negative atau negatif palsu.Medical editor SehatQ, dr. Anandika Pawitri mengemukakan bahwa rapid test dengan metode antibodi ini merupakan tindakan skrining dan bukan konfirmasi. Untuk bisa memastikan status positif corona, pemeriksaan menggunakan swab harus tetap dilakukan. Mengapa begitu?
“Saat alat itu membaca bahwa di tubuh kita ada IgG dan IgM yang terbentuk, itu artinya ada dua hal. Pertama, dia memang terinfeksi corona, atau kedua, dia bisa aja cross reaction antibody dengan virus lain,” ungkapnya.
Maksud dari cross reaction antibody dengan virus lain adalah di tubuh orang yang diperiksa, memang sedang terjadi infeksi virus, namun bukan infeksi virus corona. Infeksi virus lain juga bisa mengubah kadar IgG dan IgM di tubuh, sehingga saat rapid test dilakukan, hasilnya akan keluar positif.
Ia menambahkan, apabila hasil pemeriksaan rapid test tersebut negatif, maka juga bisa disebabkan karena antibodi COVID-19, belum terbentuk di tubuh kita. Memang antibodi tersebut tidak akan langsung terbentuk di tubuh setelah paparan terjadi dan membutuhkan waktu beberapa hari. Jadi, bisa saja Anda melakukan pemeriksaan di waktu yang kurang tepat, sehingga antibodi belum terbentuk. Padahal, virus tersebut sudah ada di dalam tubuh.
Terakhir, dr. Anandika menambahkan bahwa karena virus ini masih baru, masih banyak sifat-sifatnya yang belum diketahui secara jelas, termasuk waktu terbentuknya antibodi setelah paparan terjadi.
Sehingga, meskipun setelah Anda melalui prosedur rapid test dan mendapatkan hasil yang negatif, tetaplah menjalani karantina mandiri dan melakukan social distancing, selama setidaknya 14 hari. Apalagi, jika Anda mengalami gejala-gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas.
sumber : https://www.sehatq.com
Komentar
Posting Komentar